kelanawisata.id, Surakarta - Prajurit Karaton Surakarta Hadiningrat dahulunya merupakan penjaga keamanan negara. Mereka adalah bala tentara kerajaan yang bertugas dalam peperangan. Benda yang dibawa dalam berperang yaitu bedhil (senapan), panah, pedang, dan tombak.
Seiring berkembangnya zaman, fungsi mereka tidak lagi menjadi tentara perang. Kini, Prajurit Karaton Surakarta beralih fungsi menjadi pengawal budaya. Dikutip dari penelitian Tejo Bagus Sunaryo dan Jussac Maulana Masjhoer dalam Jurnal Masyarakat Budaya, pergeseran peran tersebut terjadi pasca kemerdekaan Republik Indonesia.
Pergeseran tersebut dilatarbelakangi oleh perubahan bentuk pemerintahan Karaton Surakarta. Pada awalnya mereka merupakan negara sendiri. Namun, bergabungnya Karaton Surakarta dengan NKRI mengubahnya menjadi cagar budaya.
Bregada prajurit ada sejak Paku Buwono II. Sejak kepemimpinan beliau, Bregada Prajurit Karaton Surakarta terdapat 14 jenis. Kini, dibawah kepemimpinan Paku Buwono XIII, terdapat 9 jenis bregada. Sembilan jenis tersebut, yaitu bregada prajurit korps musik, Tamtama, Jayeng, Korps Musik Astra, Prawira Anom, Sarageni, Darapati, Jayasura, Baki, dan Nyutra atau Panyutra.
Prajurit Karaton Surakarta keluar saat perayaan garebeg. Garebeg umumnya dilaksanakan tiga kali dalam setahun, yaitu Garebeg Pasa, Garebeg Besar, dan Garebeg Mulud. Garebeg Pasa dilaksanakan untuk merayakan Hari Raya Idulfitri. Garebeg Besar dilaksanakan saat Hari Raya Iduladha. Garebeg Mulud dilaksanakan untuk memperingati Hari Lahir Nabi Muhammad SAW.