Grebeg Mulud tahun Dal dilaksanakan Jumat (05/09). Terdapat perbedaan dalam Grebeg Mulud tahun ini. Kraton Yogyakarta menghadirkan kembali eksistensi empat Prajurit Bregada yang sebelumnya tidak dimunculkan saat Grebeg. Keempat prajurit tersebut yaitu Bregada Langenkusumo, Bregada Sumoatmojo, Bregada Suronata, dan Bregada Jager.
Bregada Langenkusumo menjadi perhatian publik saat Garebeg. Prajurit tersebut telah ada sejak zaman Sri Sultan Hamengkubuwono I dan Sri Sultan Hamengkubuwono II. Dikutip dari kratonjogja.id, Bregada Langenkusumo sudah ada sejak 1767. Bregada tersebut membawa pedang, panah, dan tombak saat pelaksanaan Garebeg. Bregada keseluruhan terdiri dari pasukan wanita (estri).
Bregada Sumoatmojo merupakan prajurit pengawal Ngarso Dalem. Prajurit tersebut kembali dimunculkan saat prosesi Garebeg Mulud. Selain Bregada Sumoatmojo, terdapat pula Bregada Jager yang berperan sebagai Puraraksaka atau penjaga istana. Selanjutnya terdapat Bregada Suronata yang melambangkan kesetiaan dan integritas kepada Ngarsa Dalem.
Eksistensi prajurit ini kembali dihadirkan untuk menjaga nilai budaya, mempertahankan filosofi, dan juga mewariskan tradisi keprajuritan Kraton Yogyakarta. Kini, pelaksanaan Garebeg semakin kompleks dan unik. Hal tersebut disebabkan karena Bregada yang ditampilkan tidak hanya 10, tetapi 14 Bregada. Selain itu, Prajurit Langennastra dan hadirnya Gamelan turut memeriahkan kelengkapan pelaksanaan Garebeg.
Selain kehadiran kembali eksistensi beberapa Prajurit, pada tahun ini terdapat hal-hal unik yang dilakukan setiap 8 tahun sekali. Garebeg tahun Dal hanya dilaksanakan 8 tahun sekali. Momen unik yang ada yaitu munculnya Gunungan Brama. Gunungan tersebut dihadirkan khusus saat perayaan Sekaten tahun Dal.
Gunungan Brama berbeda dengan Gunungan Lanang, Gunungan Estri, Gunungan Dharat, Gunungan Gephak, dan Gunungan Pawuhan. Gunungan Brama khusus diperuntukkan Sri Sultan, Keluarga Dalem, dan Sentana Dalem. Pembagian gunungan dilakukan di Cepuri Kedhaton. Pada gunungan lain, dibagikan di Pelataran Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Bangsal Kepatihan